Memuat...

  • 02 October 2025 03:54 AM

Hari Ketiga Musibah Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Wali Santri Desak Evakuasi Cepat

Hari Ketiga Musibah Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Wali Santri Desak Evakuasi Cepat

Wali santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo desak evakuasi dipercepat setelah bau menyengat tercium dari reruntuhan hingga hari ketiga pascainsiden.

SIDOARJOUPDATE - Bau menyengat mulai tercium dari reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, hingga hari ketiga pascainsiden. Kondisi ini semakin memperbesar kecemasan para orang tua santri yang masih menunggu kepastian nasib anak-anak mereka.

Sejumlah wali santri mendesak agar proses evakuasi segera dipercepat. Mereka menilai keterbatasan alat serta lambannya penanganan membuat peluang ditemukannya korban selamat semakin kecil.

Jayanti Mandasari (43), warga Sedati, Sidoarjo, adalah salah satu orang tua korban yang menunggu dengan penuh harap. Ia menduga anaknya, Mochamad Muhfi Alfian, masih tertimbun di bawah reruntuhan.

“Sudah tiga hari dari hari Senin kami menunggu, tapi alat berat belum juga digunakan. Baunya sudah menyengat. Tolong segera dieksekusi,” ungkap Jayanti dengan suara bergetar, Rabu (1/10/2025).

Keluarga Pasrah, Minta Kepastian

Jayanti menuturkan, meski keluarga sudah berusaha ikhlas menerima kemungkinan terburuk, kepastian mengenai nasib anak-anak tetap harus segera diberikan.

“Kami sebagai orang tua sudah pasrah. Kalau memang sudah tidak selamat, tidak apa-apa. Yang penting segera dikeluarkan dari reruntuhan, jangan dibiarkan begitu saja,” ujarnya.

Ia menambahkan, banyak wali santri kini hanya bisa bertahan dengan rasa gelisah yang semakin menumpuk.

“Kami mohon pemerintah turun tangan. Ini bukan hanya soal prosedur, tapi soal kemanusiaan,” tegasnya.

Evakuasi Masih Manual

Pantauan di lokasi menunjukkan, bau menyengat dari puing-puing bangunan makin terasa pada Rabu malam. Tim SAR bersama relawan masih berusaha melakukan evakuasi secara manual.

Kondisi reruntuhan yang labil serta akses lokasi yang sempit membuat penggunaan alat berat dinilai berisiko tinggi, sehingga upaya evakuasi berjalan lebih lambat dari harapan keluarga korban. (RM/SN/SU.id)